Rabu, 28 Desember 2016

Putri Sirkus dan Lelaki Penjual Dongeng

Judul : Putri Sirkus dan Lelaki Penjual Dongeng
Penulis : Jostein Gaarder
Penerjemah : A. Rahartati Bambang
Penyunting : Andityas Prabantoro
Penerbit : Mizan
Cetakan : Ketiga, Maret 2016
Jumlah halaman : 259 halaman
ISBN : 978-979-433-887-2 



Blurb

Peter, adalah anak laki-laki yang dijuluki dengan nama ‘Si Laba-laba’. Peter sangat suka sendiri. Ia senang duduk seorang diri untuk berpikir. Ia pandai berimajinasi dan membuat cerita. Kepalanya selalu penuh dengan cerita khayalannya sendiri.
Laba-laba adalah tokoh cerita pertama Peter. Ia menyusun cerita mengenai seorang gadis pemain trapeze di sebuah sirkus. Sirkus menjadi pilihan cerita Peter karena setiap minggu Ayahnya mengajak Peter menonton sirkus. Walaupun sirkus itu hebat, sirkus khayalan Peter lebih hebat lagi.
Si gadis pemain trapeze dalam cerita Peter sesungguhnya adalah putri sang pemimpin sirkus. Namun malangnya, baik sang pemilik sirkus ataupun sang putri sama-sama tidak menyadari bahwa mereka memiliki hubungan darah Ayah dan anak. Suatu ketika, si gadis pemain trapeze ini terjatuh sehingga lehernya patah. Saat berdiri dan menunduk di atas tubuh gadis itu sang pemilik sirkus melihat liontin dari getah ambar yang di dalamnya terdapat fosil laba-laba berumur jutaan tahun menggantung di leher sang gadis. Saat itu lah sang pemilik sirkus menyadari bahwa gadis pemain trapeze ini adalah putrinya yang ia kira telah tenggelam.
Cerita khayalan ini membuat Peter ketakutan oleh imajinasinya sendiri, terutama juga ia takut oleh kehadiran seorang laki-laki kecil yang membawa tongkat bambu di dalam mimpinya. Hanya Peter yang dapat melihat laki-laki kecil tua itu. Lelaki kecil bertopi hijau itu berhasil keluar dari mimpi Peter namun sejak saat itu ia mengikuti Peter sepanjang hidup. Seolah lelaki itu merasa bertanggungjawab atas diri Peter. Laki-laki di dalam mimpi itu muncul begitu saja di dalam dunia nyata Peter bersamaan dengan waktu yang sama ketika Ayah Peter meninggalkan rumah.
Sepeninggal Ibu, orang terdekat yang paling ia kasihi, Peter menempati flat itu sendiri. Rasa kesepian membuat Peter mulai membuka diri terhadap gadis-gadis untuk menemaninya. Sampai suatu ketika ia berkenalan dengan Maria, seorang gadis yang dicintainya. Peter sering menceritakan dongeng-dongeng khayalannya kepada Maria. Maria terpesona oleh Peter namun ia tak ingin membina hubungan mereka ke arah yang lebih serius. Maria mencintai Peter sekaligus takut oleh imajinasi Peter yang meruap-ruap. Suatu hari Maria memberi kabar bahwa dirinya akan pindah ke kota lain, namun sebelum kepergiannnya ia ingin memiliki anak dari Peter. Putri Sirkus dan Lelaki Penjual Dongeng. 
 
***
 
Bagi saya, kesempatan menggarap PR mereka sudah merupakan bayaran yang setimpal. (hlm. 42)
***
 
Begitu pikiran Petter, seseorang yang memilki tingkat khayalan tinggi juga pintar dalam segala hal yang ia akui sendiri. Dia sering ikut ayahnya tiap hari minggu ke sirkus namun siapa sangka justru sirkus ciptaan Petter lebih keren dan hebat. Apalagi cerita seorang pemimpin sirkus bernama Panina Manina, pemain trepeze yang mengalami patah leher dan bertemu ayahnya seperti ramalan perempuan lewat kristal. Seseorang bertopi laken hijau dan bertubuh kecil selalu mengawasi keberadaan Petter meski terkadang hilir mudik di sepanjang ruangan. Tapi, tentu saja itu khayalan Petter meski terkadang Petter ketakutan dengan imajinasinya sendiri hingga menangis. Apalagi sampai ia tidak bisa membedakan mana ingatan khayalan mana ingatan masa lalu.
Saya menggelengkan kepala dan menengaskan bahwa saya benar-benar pernah menjadi sebuah taman hiburan seisinya. (hlm. 36)
Di umur 8 tahun dengan kecerdasannya, Petter membuat daftar acara televisi anak-anak walaupun ia tidak menyampaikannya dan menjadi tumpukkan ide di kertas-kertas. Sampai dewasa idenya tetap berlimpah-limpah, hal ini yang mengantarnya melahirkan bisnis hebat bernama Writes; Aid meski laki-laki bertubuh kecil terus mengawasinya dan menghentak-hentakan tongkat. Menjual gagasannya untuk beberapa keping kroner atau setengah bir. Bahkan jika ada perempuan yang melakukan tawar menawar Petter dengan senang hati Petter memberi keringanan.
Wanita jauh lebih baik dalam hal tukar-menukar hadiah dan jasa daripada dalam berbisnis. (Hlm. 144)
Berkenalan dengan Maria menjadi hal mudah awalnya namun saat Petter sudah jatuh hati karena hanya Maria yang mampu membedakan mana ingatan sebenarnya.
Saya selalu mabuk dengan gagasan –gagasan baru setelah kami tidur berdua. (hlm.83)
Saya hanya merasa sedih. Dan mati rasa. (hlm. 84)
Namun, Maria justru memutuskannya. Karena suatu hal. (baca bukunya biar tahu hihi) Juga, laki semeter itu juga terus mengikutinya dalam mimpi hingga Petter menjadi tua dan menjadi penjual dongeng. Dari awal 2011 baca karya Om Gaarder, yang berjudul Perpustakaan Ajaib Bibbi Boken. Aku sudah jatuh hati :D Lalu baca yang berjudul Maya dan Gadis Jeruk. Namun di tahun itu juga aku nggak pernah ketemu Putri Sirkus dan Lelaki Penjual Dongeng di toko buku, mungkin karena toko buku kecil kali ya jadi kurang komplit. Ternyata, cetak ulang tahun 2016 ini saudara-saudara! Buru-buru ke toko buku nggak ketemu juga, stok habis. Akhirnya dengan baik hati Mizan memberikan ini sebagai hadiah kuis. Senang sekali dong! Semakin frustasi juga aku saat membaca bagian Writers’ Aid. Ikut merasakan gejolak seperti saat Petter bahagia kutipan karyanya dipakai orang. Jostein Gaarder atau Om Gaarder-begitu aku memanggilnya adalah salah satu penulis cerdas dan aku kagumi karya-karyanya, hampir semua buku Beliau yang telah aku lahap.
Bagian uniknya, beliau secara tersirat selalu menyelipkan filosofi menohok.
“Menjerit-jerit atau berteriak-teriak hanya cocok bagi mereka yang tidak pandai mengekspresikan diri.” (Hlm. 40)
Pikiran-pikiran Petter yang terkesan beda tapi keren juga membuat aku tenggelam dalam ceritanya selama satu jam baca! Tapi, baru kupost ini resensinya hihi. Petter ibarat cowok cool, semua gadis tak menolak saat di ajak kencan dan dia juga selalu menyampaikan dengan lugas jika terjadi salah paham. Minta satu kaya gini dong. ^_^
Ini kalimat paling mencari ciri khas Petter,
Saya bahkan sering tidak mengakui karya-karya hasil tulisan saya sendiri. (Hlm. 177)
Dunia Sophie juga sampai cetak ulang dengan warna yang berbeda juga seperti buku ini. Tapi, tetap jatuh hati dengan tulisan Om dan bersyukur Mizan menerjemahkannya kalau nggak berarti baca versi bahasa inggris dong. :D